Kamis, 04 Oktober 2018

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JAKET BANDREK (ANTI DINGIN ANTI PANAS)




LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

 JAKET BANDREK (ANTI DINGIN ANTI PANAS)


BIDANG KEGIATAN

 PKM KEWIRAUSAHAAN


Diusulkan oleh :

1. Ketua          : Lisa Fitriani               (NIM 146223056/Angkatan 2014)
2. Anggota 1   : Risnawati                  (NIM 146223092/Angkatan 2014)
3. Anggota 2   : Andika Wahyu W.    (NIM 151223002/Angkatan 2015)




 STKIP  MUHAMMADIYAH KUNINGAN
KUNINGAN
2017





RINGKASAN
Jaket adalah baju luar yang panjangnya hingga pinggang atau pinggul, dipakai untuk menahan angin dan cuaca dingin. Bukaan jaket terletak di bagian depan dari leher ke bawah. Ritsleting, kancing, atau sabuk dipakai sebagai alat untuk membuka dan menutup bukaan jaket. Mantel lebih panjang dari jaket, biasanya panjang mantel mulai dari sekitar pantat hingga sampai di bawah lutut. Berbeda dari kemeja atau blus yang dibuat dari kain tipis, jaket dibuat dari kain tebal dan sering diberi kain pelapis dan bahan penghangat di bagian dalam seperti bulu-bulu halus burung atau bulu angsa. Tidak seperti kemeja atau blus, jaket tidak dipakai untuk langsung bersentuhan dengan kulit. Oleh karena itu, jaket tidak perlu dicuci atau tidak perlu sering dicuci. Sebagian besar jaket juga dibuat dari bahan yang tidak dapat dicuci. Masing-masing kulit memiliki tekstur yang khas. Sama seperti bandrek. Bandrek adalah minuman yang dibuat dari berbagai rempah – rempah, minuman ini diminum saat udara dingin, fungsinya untuk menghangatkan tubuh agar tidak kedinginan. Sama halnya dengan jaket. Fungsi dari jaket yaitu menghangatkan tubuh saat kedinginan dan keadaan suhu yang tidak menentu. Jaket bandrek ini adalah jaket yang terbuat dari styrofoam tidak hanya dipakai saat keadaan dingin, namun kapan saja kita butuhkan pasti akan terasa senang untuk dipakainya. Sebab bahan ini dibuat dengan teknik yang modern, sehingga nyaman untuk dipakai, tidak panas saat dipakai walaupun dalam keadaan suhu yang panas.
Kata Kunci: jaket, bandrek, styrofoam, suhu.


DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................  i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................  ii
RINGKASAN............................................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................  iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................  1
A.    Latar Belakang Masalah ..............................................................  1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................  2
C.    Tujuan ............................................................................................  2
D.    Luaran ...........................................................................................  3
E.     Manfaat ..........................................................................................  3
BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA ...........................  4
BAB III METODE PELAKSANAAN ...................................................  9
BAB IV HASIL YANG DICAPAI
               DAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA .....................  12
BAB V PENUTUP.................................................................................... 14
LAMPIRAN ..............................................................................................  15





BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Kondisi suhu yang tidak beraturan menyebabkan banyaknya timbulnya wabah penyakit di lingkungan masyarakat. Semua lapisan masyarakat akan mudah terinfeksi penyakit menular baik masyarakat yang ekonominya mapan  maupun masyarakat yang ekonominya rendah. Masyarakat yang sudah terjangkit penyakit menular maka mereka membutuhkan perawatan khusus yang pastinya membutuhkan biaya yang banyak dalam hal tersebut. Hal ini sungguh memprihatinkan untuk masyarakat ekonominya rendah yang selalu keterbtasan dana. Penderita demam berdarah dan influenza mencapai 20% dari masyarakat berekonomi mapan sedangkan pada masyarakat berekonomi rendah mencapai 65% dari jumlah masyarakat di Indonesia (Kompas, 17 Juni 2006:12). Masyarakat miskin adalah golongan yang paling menderita oleh risiko kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin tidak bersahabat pada penduduk bumi belakangan ini. Saat ini “efek rumah kaca” yang seharusnya terjadi secara alami dimana atmosfir bumi menangkap energy matahari yang menghangatkan bumi. Banyak penyakit yang mewabah akibat perubahan suhu yang tidak teratur seperti demam berdarah, influenza, asma, bronkitis, diare, penyakit kulit, dan ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) serta kemungkinan besar flu babi juga akan mewabah.
Banyak gabus/strerofoam bekas di Kabupaten Kuningan. Biasanya strerofoam bekas dihasilkan oleh acara pagelaran atau pernikahan. Gabus tersebut kemudian terbuang sia-sia dan biasanya dibakar oleh karena itu menimbulkan polusi udara. Melihat hal tersebut, kami berpikir apakah bisa menjadikan gabus bekas tersebut menjadi peluang usaha. Melalui program PKMK kami membuat inovasi baru yaitu Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti Panas). Kenapa kami mengusung tema tersebut. Seperti yang kita ketahui Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten tersebut terletak di kaki Gunung Ciremai. Oleh karena itu, suhu di Kabupaten Kuningan cukup dingin. Banyak wisatawan, pendatang, atau pendaki yang kesulitan menyesuaikan suhu tubuh mereka di Kabupaten Kuningan. Gejala yang muncul biasanya seperti diare, demam, dan lain sebagainya.
Gabus atau strerofoam bekas sangatlah banyak dan berserakan ditempat sampah, gabus tersebut tidak dimanfaatkan atau didaur ulang seperti kaleng bekas, kertas, plastik dan yang lainnya. Masyarakat masih belum begitu mengerti bahwa gabus bekas dapat dimanfaatkan sebagai pelapis jaket anti panas dan anti dingin sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat. Kuningan merupakan kota terbesar kedua di Jawa Barat, di wilayah perkotaan pastinya pemproduksian gabus sangatlah banyak, baik dimanfaatkan sebagai wadah  barang-barang elektronika, penutup botol minuman, dan wadah produkproduk makanan instant. Selain itu, kandungan udara dalam gabus sangat besar sehingga tahan panas dan dingin. Pemproduksian gabus di kota Kuningan sekitar 19,67 ton per harinya hanya untuk wadah produk makanan instant. Pada industri elektronik membutuhkan sekitar 15.37 ton per harinya, sedangkan pemanfaatan gabus untuk tutup botol dan lainnya sekitar 7,15 ton per hari. Hal tersebut, sudah sangat jelas bahwa sampah gabus mencapai 60-70% per hari atau sekitar 25,31 ton sampai 29,53 ton per hari (kuningan Pos).
Sampah gabus yang begitu banyak dan hanya dibakar atau dibuang ke sungai maka akan menimbulkan dampak terhadap masyarakat seperti polusi udara, global warming, dan musibah banjir. Sehingga sangat efisien jika gabus bekas dimanfaatkan sebagai pelapis jaket anti panas dan anti dingin, sehingga dapat dijadikan produk ekspor Indonesia karena harga jaket anti panas dan anti dingin sangat mahal dan negara Indonesia dari dulu hanya meng-impor dari negara asing. Selain itu pemproduksian gabus bekas tersebut sangatlah mudah karena itu merupakan sampah yang perlu di daur ulang. Sehingga yang awalnya sebuah sampah yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat menjadi sesuatu produk yang bernilai tinggi ekonominya dan menambah devisa negara Indonesia serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat. Masyarakat belum sadar bahwa stereofom bekas bisa dimanfaatkan sebagai pelapis jaket anti panas dan anti dingin. Kegunaan dari gabus tersebut adalah untuk menjaga suhu tubuh agar tetap stabil.
Melihat peluang tersebut, kami mencoba membuat inovasi wirausaha baru dengan memanfaatkan gabus bekas yang ada di Kabupaten Kuningan. Kami mencoba untuk memperkenalkan dan mendukung Kabupaten Kuningan sebagai Kota Wisata. Nama bandrek sendiri berasal dari nama minuman khas sunda yang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Dengan menggunakan filosofi tersebut diharapkan dapat memberikan pandangan positif terhadap produk kami.

B.  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1.    Bagimana menciptakan jaket gabus (Styrofoam) anti panas dan anti dingin?
2.    Bagaimana cara menanggulangi stryrofoam agar tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan ?
3.    Apa manfaat dibuatnya jaket styrofoam?

C.  Tujuan
1.    Mendiskripsikan pengetahuan dan pengenalan kepada masyarakat bahwa gabus bekas dapat dimanfaatkan sebagai bahan pelapis  dalam pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
2.    Mengantisipasi terjadinya polusi udara atau banjir yang apabila dibakar atau dibuang ke sungai.
3.    Untuk memanfaatkan gabus bekas yang biasanya dibakar atau dibuang begitu saja tanpa mengetahui manfaat dari gabus bekas itu sendiri.

D.  Luaran
 Luaran yang diharapkan dalam program ini adalah :
1.    Meningkatkan karya kreatifitas mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna.
2.    Masyarakat dapat memanfaatkan gabus bekas yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan.
3.    Terciptanya lapangan pekerjaan baru yang menambahkan pendapatan masyarakat.
4.    Teratasi pengangguran bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan.

E.  Manfaat
1.    Meningkatkan inovatif mahasiswa dalam menemukan hasil karya yang dapat dimanfaatkan dalam bidang teknologi.
2.    Untuk meningkatkan kreatifitas dan penalaran pada pengembangan ilmu teknologi tepat guna.
3.    Memperkenalkan kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan gabus bekas sebagai bahan pelapis dalam pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
4.    Mendaur ulang gabus bekas.



BAB II
GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA
A.      Akses Sumber Daya
Jaket anti panas dan anti dingin merupakan suatu produk hasil daur ulang  gabus bekas. Hal ini terbukti karena kandungan udara yang banyak dalam gabus menjadikan gabus sebagai penebat yang baik. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Berasal dari foamed polysterene (FPS) dengan bahan dasar polysterene dan berciri khas ringan, kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik.
Jaket anti panas dan anti dingin mempunyai peluang usaha yang menjanjikan karena bahan bakunya untuk pelapis merupakan sampah gabus yang didaur ulang sehingga secara otomatis harga untuk mendapatkannya sangat murah dan relative didapatkan.
Jaket anti panas dan anti dingin mempunyai peluang usaha yang cukup tinggi di Indonesia terutama di daerah pegunungan seperti di Kuningan Jawa Barat dan sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan diantaranya:
1.         Suhu di daerah Kuningan Kab. Jawa barat  cenderung lebih dingin dari daerah yang lainnya.
2.         Di Kuningan Jawa Barat belum pernah ada usaha yang mendaur ulang Gabus bekas sebagai bahan pelapis dalam pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
3.         Bahan baku mudah diperoleh sehingga ketersediaannya cukup terpenuhi.
4.         Dalam hal konsumen, didukung kondisi masyarakat daerah Kuningan Jawa Barat yang membutuhkan jaket anti panas dan anti dingin karena kondisi suhu lingkungan disekitarnya. Untuk itu dengan adanya gagasan memproduksi jaket anti panas dan anti dingin ini diharapkan dapat menambah pemikiran yang kritis bagi masyarakat Kuningan Jawa Barat dalam mendaur ulang sampah gabus dan dapat dijadikan suatu peluang usaha yang baru khuisusnya bagi mahasiswa.
5.         Sebagai pelengkap seseorang yang suka travelling dan naik gunung, sehingga suhu yang ada dipermukaan gunung dengan memakai jaket bandrek anti panas dan anti dingin menjadikan tubuh kita nyaman untuk dipakai


B.       Prospek Usaha  
Jaket anti panas dan anti dingin mempunyai prospek usaha yang menjamin, karena di daerah Kuningan belum pernah ada yang mencoba mengembangkan home industri jaket anti panas dan anti dingin, oleh karena itu peluang pasarnya masih cukup tinggi. Terlebih lagi bahan – bahan yang digunakan mengandung banyak khasiat dan bermanfaat bagi kesehatan sehingga nyaman untuk dipakai.
C.      Keberlangsungan Usaha
Perolehan gabus bekas sebagai bahan pelapis jaket bandrek anti panas dan anti dingin sangat mudah didapat karena di Malang banyak industri atau perusahaan yang memanfaatkan gabus untuk kemasan, tutup botol dan pembungkus media elektronik. Sehingga sampah gabus banyak di Kuningan dan masyarakat masih banyak tidak mendaur ulang. Hal tersebut berdasarkan lokasinya tepat dengan tempat produksi/ tempat usaha, harganya pun relative murah. Sehingga ketersediaan bahan baku yang memadai dapat menjamin kelangsungan usaha pembuatan jaket anti panas dan anti dingin. Mengupdate model-model yang telah ditentukan, dan mempromosikan kedalam media social.
D.      Analisis SWOT  
Untuk mencapai keberhasilan dalam usaha ini strategi yang kami lakukan adalah dengan melakukan analisis-analisis dari beberapa segi baik itu dari segi intern maupun dari segi ekstern (analisis SWOT yaitu meliputi Strenghts atau kekuatan, Weaknesses atau kelemahan, Opportunities atau kesempatan, dan threaths atau ancaman). Hasil analisis tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1. Segi intern
a. Strenghts atau Kekuatan
1)      Bahan baku mudah didapat karena merupakan sampah yang akan didaur ulang dan harganya yang relative murah di daerah Kuningan.
2)      Gabus memiliki massa yang ringan sehingga pemakai jaket anti panas dan anti dingin tidak mengeluh.
3)      Kandungan udara yang banyak dalam gabus menjadikan gabus sebagai penebat yang baik.
4)      Gabus bersifat kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik.
5)      Gabus merupakan bahan ramah lingkungan, mudah terurai, dan tidak meracuni alam sekitar.
6)      Gabus memiliki warna putih jernih seperti putih susu sehingga banyak masyarakat yang menyukainya.


b. Weaknesses atau Kelemahan
mudah rapuh, polistiren dicampur seng dan senyawa batudien, sehingga dapat berupa menjadi putih. Plastik busa yang mudah terurai menjadi struktue sel sel kecil yang merupakan hasil penipuan dengan menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan senyawa gas yang terdapat dalam styrofoum tersebut.
2. Segi ekstern
1. Opportunities atau Kesempatan
Bahan dari styrofoam mudah didapat, harganya sangat murah. Sehingga memudahkan kretifitas menjadi bertambah, menambah ke ekosisteman lingkungan menjadi bersih sehingga tidak menyumbat pembungan sampah. Menjadikan lapangan kerja yang kondusif. Dapat mnyediakan tempat khusus stryrofoam atau busa.
2. Threaths atau Ancaman
Bahannya mudah terbakar, styrofoam yang berserakan dapat menyebabkan banjir dan mudah menyumbat tempat pembungan air. Bahan dari styrofoam ini juga bisa dibuat sebagai bahan yang dicampur dalam makanan. Kita menciptakan produk ini supaya tidak menyelewengkan pedagang yang nakal, sehingga mampu mengkondisikan bahan pada tempatnya masing-masing, dan sesuai koridor atau ketentuan yang digunakan bahan tersebut dengan caranya sendiri.
E.       Analisis Biaya dan Pendapatan Tiap Bulan   
1.    Modal Tetap
No
Investasi Awal
Kegunaan Dalam Penelitian
Harga Satuan (Rp)
Harga Seluruhnya (Rp)
1.       
5 Gunting
Pemotong kain
Rp   20.000
Rp    100.000
2.       
5 Cuter
Pengiris gabus
Rp   15.000
Rp      75.000
3.       
5 Penggaris
Pengukuran kain pemotongan

RP   10.000
Rp      50.000
4.       
5 Pensil

Memberi saat pengukuran
Rp    3.000
Rp      15.000
5.       
2 Buku Tulis
Mencatat pengukuran jaket
Rp    5.000
Rp      10.000
6.       
5 Pemotong gabus
Pemotong gabus
Rp  100.000
Rp    500.000

Jumlah
Rp 700.000


2.    Biaya Penyusutan
Modal tetap : (berapa tahun peralatan harus diganti) : 12 =

Modal Tetap (Nilai ekonomis peralatan) : 1 tahun: 12          = 700.000:12
                                                                                              = Rp58.333,-

3.    Biaya Pembuatan (alat dan bahan yang digunakan dalam 1 bulan)
Tabel Biaya produksi tiap bulan untuk menghasilkan= 16 unit barang
No.
Nama
Kegunaan dalam Penelitian

Harga Satuan (Rp)
Harga Seluruhnya (Rp)
1.       
Gabus Bekas
Bahan Pelapis
Rp  0
Rp     0
2.       
32 Meter kain katun

Kain pembungkus gabus

Rp    15.000
/meter
Rp  480.000

3.       
32 Meter kain jeans

Kain  utama membuat jaket

Rp    35.000
Rp  1.120.000
4.       
Biaya penjahitan (16 unit)
Merakit kain menjadi pakaian

Rp    250.000
/unit
Rp. 4.000.000

Jumlah
Rp  5.600.000


Sehingga biaya produksi untuk 1 bulan dengan jumlah produk N unit adalah = X
Rp 5.600.000 : 16 = Rp 350.000,-

4.    Total Modal
Modal tetap + Biaya pembuatan
Rp700.000 + Rp 5.600.000 = Rp6.300.000,-

5.    Biaya Produksi (tiap bulan)
Biaya penyusutan + Biaya pembuatan
Rp58.333 + Rp 5.600.000 = 5.658.333,-

6.    Pendapatan
No.
Jenis produk yang dijual
Kuantitas
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)

Jaket Bandrek
16
430.000
6.880.000

7.    Pendapatan Bersih
Hasil penjualan – Biaya produksi
Rp6.880.000 – Rp 5.658.333 =Rp1.221.667,-

8.    Break Event Point (BEP)
BEF digunakan untuk mengetahui volume jumlah produksi dan dengan harga berapa, usaha yang dilaksanakan tidak mendapat keuntungan juga tidak mendapat kerugian.
Rumus BEP produksi =  = 12 unit

Berdasarkan perhitungan tersebut dengan jumlah hasil produksi 12 unit tiap bulannya, usaha yang dilaksanakan tidak mendapat keuntungan maupun kerugian.
Rumus BEP harga =  = Rp353.649,-

Berdasarkan perhitungan tersebut berarti dengan harga jual 353.649 rupiah; usaha yang dilaksanakan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

9.    Benefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio merupakan nilai sebuah pengorbanan (input) dengan hasil yang dapat dinikmati.
Rumus B/C =

Rumus B/C =  = 1,21

10.    Masa Pengembalian Modal
Rumus =
Rumus =

 = 182%
Dari perhitungan tersebut, hasil perhitungan 182% ≥ 100% maka modal dapat dikembalikan dalam satu kali periode (1 bulan).




BAB III
METODE PELAKSANAAN

A.  Metode Produksi
1.    Langkah-Langkah Pembuatan Produk
1.    Tahap 1. Pemotongan dan pengirisan gabus
a.    Metode 1. Pemotongan gabus Pemotongan gabus dilakukan dengan menggunakan alat pemotong gabus, gabus yang dipotong harus berbentuk persegi panjang karena untuk mempermudah saat penjahitan dengan kain.
b.    Metode 2. Pengirisan gabus Pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong gabus, pengirisan ini dikerjakan setelah gabus sudah terpotong rapi. Ketebalan dalam pengirisan adalah 0,5 cm pada gabus.
    
Gambar 1. Pengolahan Gabus/Stereofom Bekas
2.      Tahap 2. Pengepresan gabus 
Pengepresan gabus dilakukan menggunakan 2 lempengan besi dengan ketebalan 0,25 cm. panjang 150 cm dan lebarnya 100 cm. Pengepresan ini bertujuan untuk mempertipis hasil pengirisan gabus dan mempermudah penjahitan dengan kain.
3.      Tahap 3. Pengukuran dan pemotongan kain 
a.       Metode 1. Pengukuran kain Pengukuran kain disesuaikan dengan ukuran jaket yang seperti biasanya, seperti ukuran S, M, X, XL dan lainnya. Pengukuran ini menggunakan alat seperti pensil, busur dan penggaris.
b.      Metode 2. Pemotongan kain Pemotongan kain dilakukan setelah selasai pengukuran, Kain dipotong sesuai dengan metode 1 menggunakan gunting.
4.      Tahap 4. Penjahitan kain dengan gabus dan pengobrasan 
a.       Metode 1. Penjahitan kain katun dengan gabus  Penjahitan kain katun dengan gabus menggunakan mesin jahit yang disesuaikan yang disesuaikan denngan hasil pemotongan. Dalam proses ini menggunakan benang yang sesuai dengan warna kain. Kemudian proses penjahitan dengan kain diadora (kain utama) sehingga terbentuk jaket yang bagus.
b.      Metode 2. Pengobrasan jaket Pengobrasan jaket dilakukan setelah selesai Proses penjahitan. Hal ini bertujuan agar ujung-ujung kain yang sudah dipotong tidak rusak sehinggga menambah kualitas jaket anti panas dan anti dingin.
        
Gambar 2. Proses Pembuatan Jaket Bandrek
5.      Tahap 5. Pemasaran
Terlampir metode kegiatan di atas akan dilaksanakan secara berurutan sesuai degan gambar bagan di bawah ini.
          
Gambar 3. Pemasaran dan Penjualan Jaket Bandrek


B.  Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran yang digunakan dalam usaha Home Industri jaket anti panas dan anti dingin:
1.    Kebijakan Produk
Usaha ini bergerak dalam bidang produksi dan distribusi. Jenis produk ini berupa jaket anti panas dan anti dingin.
2.    Kebijakan Harga
Harga yang diberikan kepada konsumen yaitu sebesar Rp. 350.00,00 per jaket.
3.    Kebijakan Promosi
Untuk meningkatkan hasil penjualan jaket anti panas dan anti dingin perlu dilakukan promosi. Bentuk promosi ini diantaranya yaitu pemasangan pamflet, spanduk, penyebaran leaflet, serta untuk promosi awal, produk ini akan diberikan diskon 50% setiap pembelian jaket. 
4.    Kebijakan Distribusi
Distribusi hasil produksi kepada para konsumen dilakukan kerjasama dengan mitra distribusi Koperasi Mahasiswa dan Mini Market/ toko busana kawasan Daerah Kuningan Jawa Barat bagian minimarket, supermarket dll 
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA

Hasil yang dicapai melalui program ini yaitu:
1.    Meningkatkan karya kreatifitas mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang bermanfaat dan tepat guna.
Mahasiswa merupakan generasi muda yang seharusnya dapat menjadi agen of change. Kami tinggal di Kabupaten Kuningan yang memiliki suhu dingin. Hal tersebut memunculkan sebuah ide untuk membuat prdoduk jaket yang memanfaatkan gabus bekas atau stereofom. Produk yang akan dihasilkan yaitu Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti Panas). Tim PKM melakukan eksperimen dengan beberapa jenis produk kain dan bahan. Tim PKM menghasilkan produk baru dengan memanfaatkan bahan bekas yaitu gabus sehingga produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan ekonomis. Selama 1 bulan penjualan produk Jaket Bandrek telah berhasil memasarkan produk 10 buah. Dalam periode waktu tersebut kami telah memperoleh laba bersih sebanyak Rp750.000,-.
2.    Masyarakat dapat memanfaatkan gabus bekas yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan.
Gabus merupakan bahan yang mudah dijumpai dan sering menimbulkan masalah di lingkungan karena menjadi sampah. Di Kuningan banyak sekali gabus terbuang sehingga menimbulkan masalah sampah. Program kami dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam memanfaatkan gabus. Selain itu, gabus merupakan sampah yang susah di daur ulang sehingga perlu ada penanganan lain. Namun di sisi lain gabus dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu ruangan, sehingga kami mencoba inovasi baru untuk menggunakan gabus bekas menjadi pelapis pakaian.
3.    Terciptanya lapangan pekerjaan baru yang menambahkan pendapatan masyarakat.
Dengan adanya wirausaha ini maka dibutuhkan karyawan sebagai penunjang keberlanjutan usaha yang dilakukan. Hal tersebut akan menambah pendapatan masyarakat yang dilibatkan. Kami bekerja sama dengan penjahit di Kabupaten Kuningan sehingga dapat meningkatkan usaha UKM di kabupaten kuningan, sehingga bisa menambah  pendapatan. Kami juga mengambil gabus bekas dari para pemulung, sehingga bisa menambah penghasilan mereka. Selain itu kami juga mengajak teman-teman mahasiswa di STKIP Muhammadiyah Kuningan untuk memasarkan produk.
4.    Teratasi pengangguran bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan
Dengan adanya lapangan pekerjaan ini, maka masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan atau pengangguran dapat dijadikan karyawan. Dengan demikian dapat mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Kuningan. Kami mengajak teman-teman kuliah untuk ikut memasarkan. Begitu juga ibu-ibu rumah tangga dalam memasarkan produk dan mengumpulkan bahan baku.
Jaket merupakan pakaian yang biasa digunakan untuk menghangatkan badan. Namun biasanya jaket memiliki kekuatan yang terbatas sesuai dengan bahan penyusunnya. Untuk daerah-daerah ekstrim seperti Kabupaten Kuningan diperlukan jaket khusus untuk melindungi suhu tubuh agar tetap stabil. Gabus merupakan sesuatu yang sering kita jumpai di lingkungan. Biasanya di Kabupaten Kuningan gabus sering ditemui sebagai sampah. Melihat kondisi tersebut kami menemukan ide untuk membuat jaket dari gabus. Gabus merupakan bahan yang biasa digunakan penjual es untuk menjaga suhu tubuh. Potensi hasil dari Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti Panas) yaitu sebagai berikut:
  1. Meningkatnya nilai guna stereofom bekas yang biasanya menjadi sampah yang sulit untuk diuraikan.
  2. Menambah produk khas Kabupaten Kuningan yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata mendaki gunung Ciremai.
  3. Menambah penghasilan masyarakat khususnya bagi penjahit di Kabupaten Kuningan
  4. Menambah penghasilan mahasiswa dengan menciptakan peluang usaha baru dengan memanfaatkan sterefom bekas
  5. Meningkatkan potensi wisata Kabupaten Kuningan karena masyarakat akan lebih mudah menyesuaikan dengan suhu yang ada di wilayah ini.
Kami melakukan eksperimen dengan beberapa benda dan kain. Kami perlu melihat kain apa yang cocok dan sesuai untuk bahan gabus. Dan ternyata adalah kain jeans. Alasan menggunakan bahan tersebut yaitu: terlihat keren, tidak panas, awet, modis. Kami menghasilkan produk baru dengan memanfaatkan bahan bekas sehingga menjadi produk yang lebih ekonomis. Program kami dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam memanfaatkan gabus. Karena gabus merupakan sampah yang susah di daur ulang sehingga perlu ada penanganan lain. Namun di sisi lain gabus dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu ruangan, sehingga kita dapat menggunakannya sebagai pelapis pakaian. Kami bekerja sama dengan penjahit di Kabupaten Kuningan sehingga dapat meningkatkan usaha UKM di kabupaten kuningan, sehingga bisa menambah  pendapatan. Kami juga mengambil gabus bekas dari para pemulung, sehingga bisa menambah penghasilan mereka. Kami bekerja sama dengan penjahit di Kuningan untuk membuat jaket bandrek. Kain yang kami gunakan yaitu bahan jeans dan katun sebagai pelapis dalamnya. Alasan kami memilih bahan jeans karena lebih gaya mudah dibentuk dan kekinian. Sedangkan kain katun adalah agar kain bisa menyerap keringat


BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Produk yang akan dihasilkan yaitu Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti Panas). Tim PKM melakukan eksperimen dengan beberapa jenis produk kain dan bahan. Tim PKM menghasilkan produk baru dengan memanfaatkan bahan bekas yaitu gabus sehingga produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan ekonomis. Program kami dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam memanfaatkan gabus. Selain itu, gabus merupakan sampah yang susah di daur ulang sehingga perlu ada penanganan lain. Namun di sisi lain gabus dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu ruangan, sehingga kami mencoba inovasi baru untuk menggunakan gabus bekas menjadi pelapis pakaian. Dengan adanya wirausaha ini maka dibutuhkan karyawan sebagai penunjang keberlanjutan usaha yang dilakukan. Hal tersebut akan menambah pendapatan masyarakat yang dilibatkan. Selama 1 bulan penjualan produk Jaket Bandrek telah berhasil memasarkan produk 10 buah. Dalam periode waktu tersebut kami telah memperoleh laba bersih sebanyak Rp750.000,-.

LAMPIRAN
Justifikasi Anggaran Kegiatan
No
Investasi Awal
Kegunaan Dalam Penelitian
Harga Satuan (Rp)
Harga Seluruhnya (Rp)
7.       
5 Gunting
Pemotong kain
Rp   20.000
Rp    100.000
8.       
5 Cuter
Pengiris gabus
Rp   15.000
Rp      75.000
9.       
5 Penggaris
Pengukuran kain pemotongan

RP   10.000
Rp      50.000
10.   
5 Pensil

Memberi saat pengukuran
Rp    3.000
Rp      15.000
11.   
2 Buku Tulis
Mencatat pengukuran jaket
Rp    5.000
Rp      10.000
12.   
5 Pemotong gabus
Pemotong gabus
Rp  100.000
Rp    500.000

Jumlah
Rp 700.000

No.
Nama
Kegunaan dalam Penelitian

Harga Satuan (Rp)
Harga Seluruhnya (Rp)
5.       
Gabus Bekas
Bahan Pelapis
Rp  0
Rp     0
6.       
32 Meter kain katun

Kain pembungkus gabus

Rp    15.000
/meter
Rp  480.000

7.       
32 Meter kain jeans

Kain  utama membuat jaket

Rp    35.000
Rp  1.120.000
8.       
Biaya penjahitan (16 unit)
Merakit kain menjadi pakaian

Rp    250.000
/unit
Rp. 4.000.000

Jumlah
Rp  5.600.000