LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JAKET BANDREK (ANTI DINGIN ANTI PANAS)
BIDANG KEGIATAN
PKM KEWIRAUSAHAAN
Diusulkan
oleh :
1.
Ketua : Lisa Fitriani (NIM 146223056/Angkatan 2014)
2.
Anggota 1 : Risnawati (NIM 146223092/Angkatan 2014)
3. Anggota 2 : Andika Wahyu W. (NIM 151223002/Angkatan 2015)
STKIP
MUHAMMADIYAH KUNINGAN
KUNINGAN
2017
RINGKASAN
Jaket adalah
baju luar yang panjangnya hingga pinggang atau pinggul, dipakai untuk menahan
angin dan cuaca dingin. Bukaan jaket terletak di bagian depan dari leher ke
bawah. Ritsleting, kancing, atau sabuk dipakai sebagai alat untuk membuka dan
menutup bukaan jaket. Mantel lebih panjang dari jaket, biasanya panjang mantel
mulai dari sekitar pantat hingga sampai di bawah lutut. Berbeda dari kemeja atau
blus yang dibuat dari kain tipis, jaket dibuat dari kain tebal dan sering
diberi kain pelapis dan bahan penghangat di bagian dalam seperti bulu-bulu
halus burung atau bulu angsa. Tidak seperti kemeja atau blus, jaket tidak
dipakai untuk langsung bersentuhan dengan kulit. Oleh karena itu, jaket tidak
perlu dicuci atau tidak perlu sering dicuci. Sebagian besar jaket juga dibuat
dari bahan yang tidak dapat dicuci. Masing-masing kulit memiliki tekstur yang
khas. Sama seperti bandrek. Bandrek adalah minuman yang dibuat dari berbagai
rempah – rempah, minuman ini diminum saat udara dingin, fungsinya untuk
menghangatkan tubuh agar tidak kedinginan. Sama halnya dengan jaket. Fungsi
dari jaket yaitu menghangatkan tubuh saat kedinginan dan keadaan suhu yang
tidak menentu. Jaket bandrek ini adalah jaket yang terbuat dari styrofoam tidak
hanya dipakai saat keadaan dingin, namun kapan saja kita butuhkan pasti akan terasa
senang untuk dipakainya. Sebab bahan ini dibuat dengan teknik yang modern,
sehingga nyaman untuk dipakai, tidak panas saat dipakai walaupun dalam keadaan
suhu yang panas.
Kata Kunci: jaket, bandrek, styrofoam, suhu.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
SAMPUL ............................................................................. i
HALAMAN
PENGESAHAN ................................................................. ii
RINGKASAN............................................................................................
iii
DAFTAR
ISI ............................................................................................. iv
BAB
I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar
Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan
............................................................................................ 2
D. Luaran
........................................................................................... 3
E. Manfaat
.......................................................................................... 3
BAB
II GAMBARAN
UMUM RENCANA USAHA ........................... 4
BAB
III METODE
PELAKSANAAN ................................................... 9
BAB
IV HASIL YANG DICAPAI
DAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA ..................... 12
BAB
V PENUTUP....................................................................................
14
LAMPIRAN
.............................................................................................. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi suhu yang tidak beraturan
menyebabkan banyaknya timbulnya wabah penyakit di lingkungan masyarakat. Semua
lapisan masyarakat akan mudah terinfeksi penyakit menular baik masyarakat yang
ekonominya mapan maupun masyarakat yang
ekonominya rendah. Masyarakat yang sudah terjangkit penyakit menular maka mereka
membutuhkan perawatan khusus yang pastinya membutuhkan biaya yang banyak dalam
hal tersebut. Hal ini sungguh memprihatinkan untuk masyarakat ekonominya rendah
yang selalu keterbtasan dana. Penderita demam berdarah dan influenza mencapai
20% dari masyarakat berekonomi mapan sedangkan pada masyarakat berekonomi
rendah mencapai 65% dari jumlah masyarakat di Indonesia (Kompas, 17 Juni
2006:12). Masyarakat miskin adalah golongan yang paling menderita oleh risiko
kesehatan yang disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin tidak bersahabat
pada penduduk bumi belakangan ini. Saat ini “efek rumah kaca” yang seharusnya
terjadi secara alami dimana atmosfir bumi menangkap energy matahari yang
menghangatkan bumi.
Banyak penyakit yang mewabah akibat perubahan suhu yang tidak teratur seperti
demam berdarah, influenza, asma, bronkitis, diare, penyakit kulit, dan ISPA
(infeksi saluran pernapasan akut) serta kemungkinan besar flu babi juga akan
mewabah.
Banyak gabus/strerofoam bekas di
Kabupaten Kuningan. Biasanya strerofoam bekas dihasilkan oleh acara pagelaran
atau pernikahan. Gabus tersebut kemudian terbuang sia-sia dan biasanya dibakar
oleh karena itu menimbulkan polusi udara. Melihat hal tersebut, kami berpikir
apakah bisa menjadikan gabus bekas tersebut menjadi peluang usaha. Melalui
program PKMK kami membuat inovasi baru yaitu Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti
Panas). Kenapa kami mengusung tema tersebut. Seperti yang kita ketahui
Kabupaten Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten tersebut terletak di kaki Gunung Ciremai. Oleh karena itu, suhu di
Kabupaten Kuningan cukup dingin. Banyak wisatawan, pendatang, atau pendaki yang
kesulitan menyesuaikan suhu tubuh mereka di Kabupaten Kuningan. Gejala yang
muncul biasanya seperti diare, demam, dan lain sebagainya.
Gabus atau strerofoam bekas sangatlah
banyak dan berserakan ditempat sampah, gabus tersebut tidak dimanfaatkan atau
didaur ulang seperti kaleng bekas, kertas, plastik dan yang lainnya. Masyarakat
masih belum begitu mengerti bahwa gabus bekas dapat dimanfaatkan sebagai
pelapis jaket anti panas dan anti dingin sehingga dapat membantu perekonomian
masyarakat. Kuningan
merupakan kota terbesar kedua di Jawa Barat, di wilayah perkotaan pastinya pemproduksian gabus
sangatlah banyak, baik dimanfaatkan sebagai wadah barang-barang elektronika, penutup botol
minuman, dan wadah produkproduk makanan instant. Selain itu, kandungan udara
dalam gabus sangat besar sehingga tahan panas dan dingin. Pemproduksian gabus di
kota Kuningan
sekitar 19,67 ton per harinya hanya untuk wadah produk makanan instant. Pada
industri elektronik membutuhkan sekitar 15.37 ton per harinya, sedangkan
pemanfaatan gabus untuk tutup botol dan lainnya sekitar 7,15 ton per hari. Hal
tersebut, sudah sangat jelas bahwa sampah gabus mencapai 60-70% per hari atau
sekitar 25,31 ton sampai 29,53 ton per hari (kuningan Pos).
Sampah gabus yang begitu banyak dan
hanya dibakar atau dibuang ke sungai maka akan menimbulkan dampak terhadap
masyarakat seperti polusi udara, global warming, dan musibah banjir. Sehingga
sangat efisien jika gabus bekas dimanfaatkan sebagai pelapis jaket anti panas
dan anti dingin, sehingga dapat dijadikan produk ekspor Indonesia karena harga
jaket anti panas dan anti dingin sangat mahal dan negara Indonesia dari dulu hanya
meng-impor dari negara asing. Selain itu pemproduksian gabus bekas tersebut
sangatlah mudah karena itu merupakan sampah yang perlu di daur ulang. Sehingga
yang awalnya sebuah sampah yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat menjadi
sesuatu produk yang bernilai tinggi ekonominya dan menambah devisa negara
Indonesia serta membuka peluang usaha baru bagi masyarakat. Masyarakat belum
sadar bahwa stereofom bekas bisa dimanfaatkan sebagai pelapis jaket anti panas
dan anti dingin. Kegunaan dari gabus tersebut adalah untuk menjaga suhu tubuh
agar tetap stabil.
Melihat peluang tersebut, kami mencoba
membuat inovasi wirausaha baru dengan memanfaatkan gabus bekas yang ada di
Kabupaten Kuningan. Kami mencoba untuk memperkenalkan dan mendukung Kabupaten
Kuningan sebagai Kota Wisata. Nama bandrek sendiri berasal dari nama minuman
khas sunda yang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Dengan menggunakan
filosofi tersebut diharapkan dapat memberikan pandangan positif terhadap produk
kami.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,
maka dapat dirumuskan beberapa masalah yaitu sebagai berikut :
1. Bagimana
menciptakan jaket gabus (Styrofoam) anti panas dan anti dingin?
2. Bagaimana cara menanggulangi stryrofoam agar tidak
mengakibatkan kerusakan lingkungan ?
3. Apa manfaat dibuatnya jaket styrofoam?
C. Tujuan
1. Mendiskripsikan
pengetahuan dan pengenalan kepada masyarakat bahwa gabus bekas dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pelapis dalam
pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
2. Mengantisipasi
terjadinya polusi udara atau banjir yang apabila dibakar atau dibuang ke
sungai.
3. Untuk
memanfaatkan gabus bekas yang biasanya dibakar atau dibuang begitu saja tanpa
mengetahui manfaat dari gabus bekas itu sendiri.
D. Luaran
Luaran yang diharapkan
dalam program ini adalah :
1.
Meningkatkan karya kreatifitas mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang
bermanfaat dan tepat guna.
2. Masyarakat
dapat memanfaatkan gabus bekas yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan.
3. Terciptanya
lapangan pekerjaan baru yang menambahkan pendapatan masyarakat.
4. Teratasi
pengangguran bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan.
E. Manfaat
1. Meningkatkan
inovatif mahasiswa dalam menemukan hasil karya yang dapat dimanfaatkan dalam
bidang teknologi.
2. Untuk
meningkatkan kreatifitas dan penalaran pada pengembangan ilmu teknologi tepat
guna.
3. Memperkenalkan
kepada masyarakat agar dapat memanfaatkan gabus bekas sebagai bahan pelapis
dalam pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
4. Mendaur
ulang gabus bekas.
BAB II
GAMBARAN
UMUM RENCANA USAHA
A.
Akses Sumber Daya
Jaket
anti panas dan anti dingin merupakan suatu produk hasil daur ulang gabus bekas. Hal ini terbukti karena
kandungan udara yang banyak dalam gabus menjadikan gabus sebagai penebat yang
baik. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin
tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang
dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Berasal dari foamed polysterene
(FPS) dengan bahan dasar polysterene dan berciri khas ringan, kaku, tembus
cahaya, rapuh dan murah. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang
praktis, ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik.
Jaket
anti panas dan anti dingin mempunyai peluang usaha yang menjanjikan karena
bahan bakunya untuk pelapis merupakan sampah gabus yang didaur ulang sehingga
secara otomatis harga untuk mendapatkannya sangat murah dan relative
didapatkan.
Jaket
anti panas dan anti dingin mempunyai peluang usaha yang cukup tinggi di
Indonesia terutama di daerah pegunungan seperti di Kuningan Jawa Barat dan
sekitarnya. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan diantaranya:
1.
Suhu di daerah Kuningan Kab. Jawa
barat cenderung lebih dingin dari daerah
yang lainnya.
2.
Di Kuningan Jawa Barat belum pernah ada
usaha yang mendaur ulang Gabus bekas sebagai bahan pelapis dalam pembuatan
jaket anti panas dan anti dingin.
3.
Bahan baku mudah diperoleh sehingga
ketersediaannya cukup terpenuhi.
4.
Dalam hal konsumen, didukung kondisi
masyarakat daerah Kuningan Jawa Barat yang membutuhkan jaket anti panas dan
anti dingin karena kondisi suhu lingkungan disekitarnya. Untuk itu dengan
adanya gagasan memproduksi jaket anti panas dan anti dingin ini diharapkan
dapat menambah pemikiran yang kritis bagi masyarakat Kuningan Jawa Barat dalam
mendaur ulang sampah gabus dan dapat dijadikan suatu peluang usaha yang baru
khuisusnya bagi mahasiswa.
5.
Sebagai pelengkap seseorang yang suka
travelling dan naik gunung, sehingga suhu yang ada dipermukaan gunung dengan
memakai jaket bandrek anti
panas dan anti dingin menjadikan tubuh kita nyaman untuk dipakai
B.
Prospek Usaha
Jaket
anti panas dan anti dingin mempunyai prospek usaha yang menjamin, karena di
daerah Kuningan belum pernah ada yang mencoba mengembangkan home industri jaket
anti panas dan anti dingin, oleh karena itu peluang pasarnya masih cukup
tinggi. Terlebih lagi bahan – bahan yang digunakan mengandung banyak khasiat
dan bermanfaat bagi kesehatan sehingga nyaman untuk dipakai.
C.
Keberlangsungan Usaha
Perolehan
gabus bekas sebagai bahan pelapis jaket bandrek anti panas dan anti dingin sangat mudah didapat
karena di Malang banyak industri atau perusahaan yang memanfaatkan gabus untuk
kemasan, tutup botol dan pembungkus media elektronik. Sehingga sampah gabus
banyak di Kuningan dan masyarakat masih banyak tidak mendaur ulang. Hal
tersebut berdasarkan lokasinya tepat dengan tempat produksi/ tempat usaha,
harganya pun relative murah. Sehingga ketersediaan bahan baku yang memadai
dapat menjamin kelangsungan usaha pembuatan jaket anti panas dan anti dingin.
Mengupdate model-model yang telah ditentukan, dan mempromosikan kedalam media
social.
D.
Analisis SWOT
Untuk mencapai
keberhasilan dalam usaha ini strategi yang kami lakukan adalah dengan melakukan
analisis-analisis dari beberapa segi baik itu dari segi intern maupun dari segi
ekstern (analisis SWOT yaitu meliputi Strenghts
atau kekuatan, Weaknesses atau
kelemahan, Opportunities atau
kesempatan, dan threaths atau
ancaman). Hasil analisis tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Segi
intern
a. Strenghts atau Kekuatan
1) Bahan
baku mudah didapat karena merupakan sampah yang akan didaur ulang dan harganya
yang relative murah di daerah Kuningan.
2) Gabus
memiliki massa yang ringan sehingga pemakai jaket anti panas dan anti dingin
tidak mengeluh.
3) Kandungan
udara yang banyak dalam gabus menjadikan gabus sebagai penebat yang baik.
4) Gabus
bersifat kaku, tembus cahaya, rapuh dan murah ringan, relatif tahan bocor dan
bisa menjaga suhu makanan dengan baik.
5) Gabus
merupakan bahan ramah lingkungan, mudah terurai, dan tidak meracuni alam
sekitar.
6) Gabus
memiliki warna putih jernih seperti putih susu sehingga banyak masyarakat yang
menyukainya.
b. Weaknesses atau
Kelemahan
mudah rapuh, polistiren dicampur seng dan
senyawa batudien, sehingga dapat berupa menjadi putih. Plastik busa yang mudah
terurai menjadi struktue sel sel kecil yang merupakan hasil penipuan dengan
menggunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). CFC merupakan senyawa gas yang
terdapat dalam styrofoum tersebut.
2. Segi
ekstern
1. Opportunities atau
Kesempatan
Bahan dari styrofoam mudah didapat, harganya
sangat murah. Sehingga memudahkan kretifitas menjadi bertambah, menambah ke
ekosisteman lingkungan menjadi bersih sehingga tidak menyumbat pembungan
sampah. Menjadikan lapangan kerja yang kondusif. Dapat mnyediakan tempat khusus
stryrofoam atau busa.
2. Threaths atau Ancaman
Bahannya mudah terbakar, styrofoam yang
berserakan dapat menyebabkan banjir dan mudah menyumbat tempat pembungan air.
Bahan dari styrofoam ini juga bisa dibuat sebagai bahan yang dicampur dalam
makanan. Kita menciptakan produk ini supaya tidak menyelewengkan pedagang yang
nakal, sehingga mampu mengkondisikan bahan pada tempatnya masing-masing, dan
sesuai koridor atau ketentuan yang digunakan bahan tersebut dengan caranya
sendiri.
E.
Analisis Biaya dan Pendapatan Tiap
Bulan
1. Modal Tetap
No
|
Investasi
Awal
|
Kegunaan
Dalam Penelitian
|
Harga Satuan (Rp)
|
Harga Seluruhnya (Rp)
|
1.
|
5
Gunting
|
Pemotong
kain
|
Rp 20.000
|
Rp 100.000
|
2.
|
5
Cuter
|
Pengiris
gabus
|
Rp 15.000
|
Rp 75.000
|
3.
|
5
Penggaris
|
Pengukuran
kain pemotongan
|
RP 10.000
|
Rp 50.000
|
4.
|
5 Pensil
|
Memberi saat
pengukuran
|
Rp 3.000
|
Rp
15.000
|
5.
|
2
Buku Tulis
|
Mencatat
pengukuran jaket
|
Rp 5.000
|
Rp 10.000
|
6.
|
5 Pemotong gabus
|
Pemotong
gabus
|
Rp 100.000
|
Rp 500.000
|
|
Jumlah
|
Rp 700.000
|
2. Biaya Penyusutan
Modal
tetap : (berapa
tahun peralatan harus diganti) :
12
=
Modal
Tetap (Nilai ekonomis
peralatan) :
1 tahun: 12 = 700.000:12
=
Rp58.333,-
3. Biaya Pembuatan (alat dan bahan
yang digunakan dalam 1 bulan)
Tabel Biaya produksi tiap bulan untuk
menghasilkan= 16 unit barang
No.
|
Nama
|
Kegunaan
dalam Penelitian
|
Harga Satuan (Rp)
|
Harga Seluruhnya (Rp)
|
1.
|
Gabus
Bekas
|
Bahan
Pelapis
|
Rp 0
|
Rp
0
|
2.
|
32 Meter kain katun
|
Kain pembungkus gabus
|
Rp 15.000
/meter
|
Rp
480.000
|
3.
|
32
Meter kain jeans
|
Kain
utama membuat jaket
|
Rp 35.000
|
Rp 1.120.000
|
4.
|
Biaya penjahitan (16
unit)
|
Merakit
kain menjadi pakaian
|
Rp 250.000
/unit
|
Rp.
4.000.000
|
|
Jumlah
|
Rp 5.600.000
|
Sehingga
biaya produksi untuk 1 bulan
dengan jumlah produk N unit adalah = X
Rp 5.600.000 : 16 = Rp 350.000,-
4. Total Modal
Modal tetap + Biaya pembuatan
Rp700.000 + Rp 5.600.000 = Rp6.300.000,-
5. Biaya Produksi (tiap bulan)
Biaya penyusutan + Biaya pembuatan
Rp58.333 + Rp 5.600.000 = 5.658.333,-
6. Pendapatan
No.
|
Jenis
produk yang dijual
|
Kuantitas
|
Harga
Satuan (Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
|
Jaket Bandrek
|
16
|
430.000
|
6.880.000
|
7. Pendapatan Bersih
Hasil penjualan – Biaya produksi
Rp6.880.000 – Rp 5.658.333 =Rp1.221.667,-
8. Break Event Point (BEP)
BEF digunakan untuk
mengetahui volume jumlah produksi dan dengan harga berapa, usaha yang
dilaksanakan tidak mendapat
keuntungan juga tidak mendapat kerugian.
Rumus BEP produksi =
=
12 unit
Berdasarkan perhitungan tersebut dengan jumlah hasil
produksi 12
unit tiap bulannya, usaha yang dilaksanakan tidak mendapat keuntungan maupun kerugian.
Rumus BEP
harga =
= Rp353.649,-
Berdasarkan perhitungan tersebut berarti dengan harga
jual 353.649
rupiah; usaha yang
dilaksanakan tidak mengalami
kerugian maupun keuntungan.
9.
Benefit
Cost Ratio
Benefit Cost Ratio merupakan nilai sebuah pengorbanan
(input) dengan hasil yang dapat dinikmati.
Rumus B/C =
Rumus B/C =
= 1,21
10.
Masa
Pengembalian Modal
Rumus =
Rumus =
= 182%
Dari
perhitungan tersebut, hasil perhitungan 182% ≥ 100% maka modal dapat
dikembalikan dalam satu kali periode (1 bulan).
BAB III
METODE PELAKSANAAN
A. Metode
Produksi
1.
Langkah-Langkah
Pembuatan Produk
1. Tahap
1. Pemotongan dan pengirisan gabus
a. Metode
1. Pemotongan gabus Pemotongan gabus dilakukan dengan menggunakan alat pemotong
gabus, gabus yang dipotong harus berbentuk
persegi panjang karena untuk mempermudah saat penjahitan dengan kain.
b. Metode
2. Pengirisan gabus Pengirisan dilakukan dengan menggunakan alat pemotong gabus, pengirisan ini
dikerjakan setelah gabus sudah terpotong rapi. Ketebalan dalam pengirisan
adalah 0,5 cm pada gabus.
Gambar
1. Pengolahan Gabus/Stereofom Bekas
2.
Tahap 2. Pengepresan gabus
Pengepresan gabus
dilakukan menggunakan 2 lempengan besi dengan ketebalan 0,25 cm. panjang 150 cm
dan lebarnya 100 cm. Pengepresan ini bertujuan untuk mempertipis hasil
pengirisan gabus dan mempermudah penjahitan dengan kain.
3.
Tahap 3. Pengukuran dan pemotongan
kain
a. Metode
1. Pengukuran kain Pengukuran kain disesuaikan dengan ukuran jaket yang seperti
biasanya, seperti ukuran S, M, X, XL dan lainnya. Pengukuran ini menggunakan
alat seperti pensil, busur dan penggaris.
b. Metode
2. Pemotongan kain Pemotongan kain dilakukan setelah selasai pengukuran, Kain
dipotong sesuai dengan metode 1 menggunakan gunting.
4.
Tahap 4. Penjahitan kain dengan gabus
dan pengobrasan
a. Metode
1. Penjahitan kain katun dengan gabus
Penjahitan kain katun dengan gabus menggunakan mesin jahit yang
disesuaikan yang disesuaikan denngan hasil pemotongan. Dalam proses ini
menggunakan benang yang sesuai dengan warna kain. Kemudian proses penjahitan
dengan kain diadora (kain utama) sehingga terbentuk jaket yang bagus.
b. Metode
2. Pengobrasan jaket Pengobrasan jaket dilakukan setelah selesai Proses
penjahitan. Hal ini bertujuan agar ujung-ujung kain yang sudah dipotong tidak
rusak sehinggga menambah kualitas jaket anti panas dan anti dingin.
Gambar 2. Proses Pembuatan Jaket Bandrek
5.
Tahap 5. Pemasaran
Terlampir metode
kegiatan di atas akan dilaksanakan secara berurutan sesuai degan gambar bagan
di bawah ini.
Gambar
3. Pemasaran dan Penjualan Jaket Bandrek
B. Strategi
Pemasaran
Strategi pemasaran yang digunakan dalam
usaha Home Industri jaket anti panas dan anti dingin:
1. Kebijakan Produk
Usaha
ini bergerak dalam bidang produksi dan distribusi. Jenis produk ini berupa
jaket anti panas dan anti dingin.
2. Kebijakan Harga
Harga
yang diberikan kepada konsumen yaitu sebesar Rp. 350.00,00 per jaket.
3. Kebijakan Promosi
Untuk
meningkatkan hasil penjualan jaket anti panas dan anti dingin perlu dilakukan
promosi. Bentuk promosi ini diantaranya yaitu pemasangan pamflet, spanduk,
penyebaran leaflet, serta untuk promosi awal, produk ini akan diberikan diskon
50% setiap pembelian jaket.
4. Kebijakan Distribusi
Distribusi
hasil produksi kepada para konsumen dilakukan kerjasama dengan mitra distribusi
Koperasi Mahasiswa dan Mini Market/ toko busana kawasan Daerah Kuningan Jawa
Barat bagian minimarket, supermarket dll
BAB IV
BAB IV
HASIL
YANG DICAPAI DAN POTENSI PENGEMBANGAN USAHA
Hasil
yang dicapai melalui program ini yaitu:
1.
Meningkatkan karya kreatifitas mahasiswa dalam rangka bereksperimen dan menemukan hasil karya yang
bermanfaat dan tepat guna.
Mahasiswa
merupakan generasi muda yang seharusnya dapat menjadi agen of change. Kami
tinggal di Kabupaten Kuningan yang memiliki suhu dingin. Hal tersebut
memunculkan sebuah ide untuk membuat prdoduk jaket yang memanfaatkan gabus
bekas atau stereofom. Produk yang akan dihasilkan yaitu Jaket Bandrek (Anti
Dingin Anti Panas). Tim PKM melakukan eksperimen dengan beberapa jenis produk
kain dan bahan. Tim PKM menghasilkan produk baru dengan memanfaatkan bahan
bekas yaitu gabus sehingga produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan
ekonomis. Selama 1 bulan penjualan produk Jaket Bandrek telah berhasil
memasarkan produk 10 buah. Dalam periode waktu tersebut kami telah memperoleh
laba bersih sebanyak Rp750.000,-.
2. Masyarakat
dapat memanfaatkan gabus bekas yang sebelumnya tidak pernah dimanfaatkan.
Gabus
merupakan bahan yang mudah dijumpai dan sering menimbulkan masalah di
lingkungan karena menjadi sampah. Di Kuningan banyak sekali gabus terbuang
sehingga menimbulkan masalah sampah. Program kami dapat menjadi salah satu
alternatif solusi dalam memanfaatkan gabus. Selain itu, gabus merupakan sampah
yang susah di daur ulang sehingga perlu ada penanganan lain. Namun di sisi lain
gabus dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu ruangan, sehingga kami mencoba
inovasi baru untuk menggunakan gabus bekas menjadi pelapis pakaian.
3. Terciptanya
lapangan pekerjaan baru yang menambahkan pendapatan masyarakat.
Dengan
adanya wirausaha ini maka dibutuhkan karyawan sebagai penunjang keberlanjutan
usaha yang dilakukan. Hal tersebut akan menambah pendapatan masyarakat yang
dilibatkan. Kami bekerja sama dengan penjahit di Kabupaten Kuningan sehingga
dapat meningkatkan usaha UKM di kabupaten kuningan, sehingga bisa menambah pendapatan. Kami juga mengambil gabus bekas
dari para pemulung, sehingga bisa menambah penghasilan mereka. Selain itu kami
juga mengajak teman-teman mahasiswa di STKIP Muhammadiyah Kuningan untuk
memasarkan produk.
4. Teratasi
pengangguran bagi masyarakat yang belum mendapatkan pekerjaan
Dengan
adanya lapangan pekerjaan ini, maka masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan
atau pengangguran dapat dijadikan karyawan. Dengan demikian dapat mengurangi
angka pengangguran di Kabupaten Kuningan. Kami mengajak teman-teman kuliah
untuk ikut memasarkan. Begitu juga ibu-ibu rumah tangga dalam memasarkan produk
dan mengumpulkan bahan baku.
Jaket merupakan pakaian yang biasa
digunakan untuk menghangatkan badan. Namun biasanya jaket memiliki kekuatan
yang terbatas sesuai dengan bahan penyusunnya. Untuk daerah-daerah ekstrim
seperti Kabupaten Kuningan diperlukan jaket khusus untuk melindungi suhu tubuh
agar tetap stabil. Gabus merupakan sesuatu yang sering kita jumpai di
lingkungan. Biasanya di Kabupaten Kuningan gabus sering ditemui sebagai sampah.
Melihat kondisi tersebut kami menemukan ide untuk membuat jaket dari gabus.
Gabus merupakan bahan yang biasa digunakan penjual es untuk menjaga suhu tubuh.
Potensi hasil dari Jaket Bandrek (Anti
Dingin Anti Panas) yaitu sebagai berikut:
- Meningkatnya nilai guna stereofom bekas yang biasanya menjadi sampah yang sulit untuk diuraikan.
- Menambah produk khas Kabupaten Kuningan yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata mendaki gunung Ciremai.
- Menambah penghasilan masyarakat khususnya bagi penjahit di Kabupaten Kuningan
- Menambah penghasilan mahasiswa dengan menciptakan peluang usaha baru dengan memanfaatkan sterefom bekas
- Meningkatkan potensi wisata Kabupaten Kuningan karena masyarakat akan lebih mudah menyesuaikan dengan suhu yang ada di wilayah ini.
Kami melakukan eksperimen dengan
beberapa benda dan kain. Kami perlu melihat kain apa yang cocok dan sesuai
untuk bahan gabus. Dan ternyata adalah kain jeans. Alasan menggunakan bahan
tersebut yaitu: terlihat keren, tidak panas, awet, modis. Kami menghasilkan produk
baru dengan memanfaatkan bahan bekas sehingga menjadi produk yang lebih
ekonomis. Program kami dapat menjadi salah satu alternatif solusi dalam
memanfaatkan gabus. Karena gabus merupakan sampah yang susah di daur ulang
sehingga perlu ada penanganan lain. Namun di sisi lain gabus dapat digunakan
untuk menjaga suhu suatu ruangan, sehingga kita dapat menggunakannya sebagai
pelapis pakaian. Kami bekerja sama dengan penjahit di Kabupaten Kuningan
sehingga dapat meningkatkan usaha UKM di kabupaten kuningan, sehingga bisa
menambah pendapatan. Kami juga mengambil
gabus bekas dari para pemulung, sehingga bisa menambah penghasilan mereka. Kami
bekerja sama dengan penjahit di Kuningan untuk membuat jaket bandrek. Kain yang
kami gunakan yaitu bahan jeans dan katun sebagai pelapis dalamnya. Alasan kami
memilih bahan jeans karena lebih gaya mudah dibentuk dan kekinian. Sedangkan
kain katun adalah agar kain bisa menyerap keringat
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produk
yang akan dihasilkan yaitu Jaket Bandrek (Anti Dingin Anti Panas). Tim PKM
melakukan eksperimen dengan beberapa jenis produk kain dan bahan. Tim PKM
menghasilkan produk baru dengan memanfaatkan bahan bekas yaitu gabus sehingga
produk yang dihasilkan lebih berkualitas dan ekonomis. Program kami dapat
menjadi salah satu alternatif solusi dalam memanfaatkan gabus. Selain itu,
gabus merupakan sampah yang susah di daur ulang sehingga perlu ada penanganan
lain. Namun di sisi lain gabus dapat digunakan untuk menjaga suhu suatu
ruangan, sehingga kami mencoba inovasi baru untuk menggunakan gabus bekas
menjadi pelapis pakaian. Dengan adanya wirausaha ini maka dibutuhkan karyawan
sebagai penunjang keberlanjutan usaha yang dilakukan. Hal tersebut akan
menambah pendapatan masyarakat yang dilibatkan. Selama 1 bulan penjualan produk
Jaket Bandrek telah berhasil memasarkan produk 10 buah. Dalam periode waktu
tersebut kami telah memperoleh laba bersih sebanyak Rp750.000,-.
LAMPIRAN
Justifikasi
Anggaran Kegiatan
No
|
Investasi
Awal
|
Kegunaan
Dalam Penelitian
|
Harga Satuan (Rp)
|
Harga Seluruhnya (Rp)
|
7.
|
5
Gunting
|
Pemotong
kain
|
Rp 20.000
|
Rp 100.000
|
8.
|
5
Cuter
|
Pengiris
gabus
|
Rp 15.000
|
Rp 75.000
|
9.
|
5
Penggaris
|
Pengukuran
kain pemotongan
|
RP 10.000
|
Rp 50.000
|
10.
|
5 Pensil
|
Memberi saat
pengukuran
|
Rp 3.000
|
Rp 15.000
|
11.
|
2
Buku Tulis
|
Mencatat
pengukuran jaket
|
Rp 5.000
|
Rp 10.000
|
12.
|
5 Pemotong gabus
|
Pemotong
gabus
|
Rp 100.000
|
Rp 500.000
|
|
Jumlah
|
Rp 700.000
|
No.
|
Nama
|
Kegunaan dalam
Penelitian
|
Harga
Satuan (Rp)
|
Harga
Seluruhnya (Rp)
|
5.
|
Gabus
Bekas
|
Bahan
Pelapis
|
Rp 0
|
Rp 0
|
6.
|
32 Meter kain katun
|
Kain pembungkus gabus
|
Rp 15.000
/meter
|
Rp
480.000
|
7.
|
32
Meter kain jeans
|
Kain utama membuat jaket
|
Rp 35.000
|
Rp 1.120.000
|
8.
|
Biaya penjahitan (16
unit)
|
Merakit
kain menjadi pakaian
|
Rp 250.000
/unit
|
Rp.
4.000.000
|
|
Jumlah
|
Rp 5.600.000
|